06.01
Sejarah Semarang berawal kurang lebih
pada abad ke-8 M, yaitu daerah pesisir yang bernama Pragota (sekarang
menjadi Bergota) dan merupakan bagian dari kerajaan Mataram Kuno. Daerah
tersebut pada masa itu merupakan pelabuhan dan di depannya terdapat
gugusan pulau-pulau kecil. Akibat pengendapan, yang hingga sekarang
masih terus berlangsung, gugusan tersebut sekarang menyatu membentuk
daratan. Bagian kota Semarang Bawah yang dikenal sekarang ini dengan
demikian dahulu merupakan laut. Pelabuhan tersebut diperkirakan berada
di daerah Pasar Bulu sekarang dan memanjang masuk ke Pelabuhan Simongan,
tempat armada Laksamana Cheng Ho bersandar pada tahun 1405 M. Di tempat
pendaratannya, Laksamana Cheng Ho mendirikan kelenteng dan mesjid yang
sampai sekarang masih dikunjungi dan disebut Kelenteng Sam Po Kong
(Gedung Batu).
Pada akhir abad ke-15 M ada seseorang
ditempatkan oleh Kerajaan Demak, dikenal sebagai Pangeran Made Pandan,
untuk menyebarkan agama Islam dari perbukitan Pragota. Dari waktu ke
waktu daerah itu semakin subur, dari sela-sela kesuburan itu muncullah
pohon asam yang arang (bahasa Jawa: Asem Arang), sehingga memberikan
gelar atau nama daerah itu menjadi Semarang.
Sebagai pendiri
desa, kemudian menjadi kepala daerah setempat, dengan gelar Kyai Ageng
Pandan Arang I. Sepeninggalnya, pimpinan daerah dipegang oleh putranya
yang bergelar Pandan Arang II (kelak disebut sebagai Sunan Bayat). Di
bawah pimpinan Pandan Arang II, daerah Semarang semakin menunjukkan
pertumbuhannya yang meningkat, sehingga menarik perhatian Sultan
Hadiwijaya dari Pajang. Karena persyaratan peningkatan daerah dapat
dipenuhi, maka diputuskan untuk menjadikan Semarang setingkat dengan
Kabupaten. Pada tanggal 2 Mei 1547 bertepatan dengan peringatan maulid
Nabi Muhammad SAW, tanggal 12 rabiul awal tahun 954 H disahkan oleh
Sultan Hadiwijayasetelah berkonsultasi dengan Sunan Kalijaga. Tanggal 2
Mei kemudian ditetapkan sebagai hari jadi kota Semarang.
Kemudian
pada tahun 1678 Amangkurat II dari Mataram, berjanji kepada VOC untuk
memberikan Semarang sebagai pembayaran hutangnya, dia mengklaim daerah
Priangan dan pajak dari pelabuhan pesisir sampai hutangnya lunas. Pada
tahun 1705 Susuhunan Pakubuwono I menyerahkan Semarang kepada VOC
sebagai bagian dari perjanjiannya karena telah dibantu untuk merebut
Kartasura. Sejak saat itu Semarang resmi menjadi kota milik VOC dan
kemudian Pemerintah Hindia Belanda.
Kantor KPM (Koninklijke Paketvaart Maatschappij) di Semarang (1918-1930)
Pada
tahun 1906 dengan Stanblat Nomor 120 tahun 1906 dibentuklah Pemerintah
Gemeente. Pemerintah kota besar ini dikepalai oleh seorang Burgemeester
(Walikota). Sistem Pemerintahan ini dipegang oleh orang-orang Belanda
berakhir pada tahun 1942 dengan datangya pemerintahan pendudukan Jepang.
Pada
masa Jepang terbentuklah pemerintah daerah Semarang yang di kepalai
Militer (Shico) dari Jepang. Didampingi oleh dua orang wakil (Fuku
Shico) yang masing-masing dari Jepang dan seorang bangsa Indonesia.
Tidak lama sesudah kemerdekaan, yaitu tanggal 15 sampai 20 Oktober 1945
terjadilah peristiwa kepahlawanan pemuda-pemuda Semarang yang bertempur
melawan balatentara Jepang yang bersikeras tidak bersedia menyerahkan
diri kepada Pasukan Republik. Perjuangan ini dikenal dengan nama
Pertempuran lima hari di Semarang.
Tahun 1946 lnggris atas nama
Sekutu menyerahkan kota Semarang kepada pihak Belanda.Ini terjadi pada
tangga l6 Mei 1946. Tanggal 3 Juni 1946 dengan tipu muslihatnya, pihak
Belanda menangkap Mr. Imam Sudjahri, walikota Semarang sebelum
proklamasi kemerdekaan. Selama masa pendudukan Belanda tidak ada
pemerintahan daerah kota Semarang. Narnun para pejuang di bidang
pemerintahan tetap menjalankan pemerintahan di daerah pedalaman atau
daerah pengungsian diluar kota sampai dengan bulan Desember 1948. daerah
pengungsian berpindah-pindah mulai dari kota Purwodadi, Gubug,
Kedungjati, Salatiga, dan akhirnya di Yogyakarta. Pimpinan pemerintahan
berturut-turut dipegang oleh R Patah, R.Prawotosudibyo dan Mr Ichsan.
Pemerintahan pendudukan Belanda yang dikenal dengan Recomba berusaha
membentuk kembali pemerintahan Gemeente seperti dimasa kolonial dulu di
bawah pimpinan R Slamet Tirtosubroto. Hal itu tidak berhasil, karena
dalam masa pemulihan kedaulatan harus menyerahkan kepada Komandan KMKB
Semarang pada bulan Februari 1950. tanggal I April 1950 Mayor Suhardi,
Komandan KMKB. menyerahkan kepemimpinan pemerintah daerah Semarang
kepada Mr Koesoedibyono, seorang pegawai tinggi Kementrian Dalam Negeri
di Yogyakarta. Ia menyusun kembali aparat pemerintahan guna memperlancar
jalannya pemerintahan.
Daftar walikota Sejak 1945
Sejak tahun 1945 para walikota yang
memimpin kota besar Semarang yang kemudian menjadi Kota Praja dan
akhirnya menjadi Kota Semarang adalah sebagai berikut:
* Mr. Moch.lchsan
* Mr. Koesoebiyono (1949 - 1 Juli 1951)
* RM. Hadisoebeno Sosrowerdoyo (1 Juli 1951 - 1 Januari 1958)
* Mr. Abdulmadjid Djojoadiningrat (7 Januari 1958 - 1 Januari 1960)
* RM Soebagyono Tjondrokoesoemo (1 Januari 1961 - 26 April 1964)
* Mr. Wuryanto (25 April 1964 - 1 September 1966)
* Letkol. Soeparno (1 September 1966 - 6 Maret 1967)
* Letkol. R.Warsito Soegiarto (6 Maret 1967 - 2 Januari 1973)
* Kolonel Hadijanto (2 Januari 1973 - 15 Januari 1980)
* Kol. H. Imam Soeparto Tjakrajoeda SH (15 Januari 1980 - 19 Januari 1990)
* Kolonel H. Soetrisno Suharto (19 Januari 1990 - 19 Januari 2000)
* H. Sukawi Sutarip SH. (19 Januari 2000 - 2010)
* Drs.H.Soemarmo HS, MSi / Hendrar Prihadi, SE, MM. (2010 - )
0 komentar:
Posting Komentar